5/17/2007

Strategi Kepercayaan Bisnis

Bila dalam tulisan saya yang lalu membahas kesuksesan bisnis bermodal utama kepercayaan, maka sekarang saya mencoba memberikan srategi untuk memperoleh kepercayaan dalam bisnis secara umum. Maksud saya secara umum adalah sudut pandang yang diambil bisa dari semua sisi (baik bagi manajer terhadap karyawan, karyawan terhadap manajer, maupun tam marketing / public relation terhadap mitra bisnis).
Ada banyak strategi yang dipakai oleh pakar pemasaran maupun ahli bisnis lainnya. Akan tetapi saya mencoba mengungkapkan dari pengalaman real yang saya alami dipadukan beberapa pandangan dari buku-buku yang saya baca. Dan berharap strategi ini dapat berguna bagi siapa saja.

• Lingkungan dan pola hidup
Setiap tempat mempunyai pola hidup yang tidak sama persis. Padahal lingkungan dan pola hidup ini mempengaruhi perilaku ata cara pandang seseorang. Oleh karena itu untuk memperoleh sebuah kepercayaan kita harus memahami latar belakang lingkungan dan pola hidup orang yang kita hadapi. Dan setelah kita pahami sebaiknya ambil tindakan nyata untuk menyatakannya.

• Hormati dan hargai orang lain
Perlakukan dia dengan lebih, hal ini kadang sulit diterima bagi orang-orang yang telah duduk dalam jajaran manajemen atau direksi untuk memperlakukan karyawan / bawahannya lebih baik. Tapi bukan berarti tidak bisa. Dan juga bukan berarti mengesampingkan aturan atau ketentuan kerja maupun bentuk kerja sama.
Strategi ini lebih mengacu pada sifat dasar manusia, yaitu manusia suka di sanjung atau di hargai. Ini bisa saja cukup dilakukan cara memanggil atau kita melakukan tegur sapa dengan layaknya teman atau orang yang lebih tinggi dari kita (lebih sopan, lebih menghormati).
Sebuah contoh untuk beberapa lingkungan kita memanggil seseorang dengan sebutan ‘boss’, dari panggilan tersebut terasa orang di panggil lebih di hargai. Hal ini penulis sadari saat ketemu beberapa rekan yang telah jadi ahli pemasaran, terlebih yang terbiasa terjun di lapangan langsung. Tapi sekali lagi harus ingat point satu.
Dalam point satu saya menekankan lingkungan. Untuk sebutan bos ini untuk kalangan ujung tombak pemasaran yang dilapangan di kota-kota besar (Jakarta dan Surabaya) sudah biasa, tetapi akan terasa risi atau kesannya menghina bila itu dilakukan di Jogjakarta. Saya dan beberapa rekan pernah mencoba dan mereka justru merasa tidak di hargai atau malah merasa di hina, sebab mereka masih belum pantas disebut boss. Berbeda dengan pengalaman rekan-rekan saya yang terjan langsung dilapangan di kota Surabaya, Jakarta, Lampung, Medan dan Aceh.

• Lebih banyak mendengar
Ini juga mengacu pada sifat dasar manusia ingin bercerita. Saya pernah melihat sebuah film yang menceritakan seseorang terdampar di sebuah pulau terpencil tanpa penghuni. Ia hanya sendirian saja. Untuk menemani ia hidup berhari-hari di pulau tersebut sambil menunggu datangnya mujizat pertolongan, ia menciptakan sebuah boneka. Boneka itu sering ia ajak ngomong, atau paling tidak ia merasa puas bisa bercerita pada boneka tersebut. Boneka itu sudah ia anggap selayaknya manusia sebagai temannya.
Oleh sebab itu bila kita menghadapi sesorang dengarkanlah dia dahulu. Bila anda menghadapi orang yang tertutup, langkah awal yang harus anda lakukan adalah meyakinkan dia bahwa anda orang yang tepat dan bisa di percaya untuk diajak berbicara atau sekedar mendengarkannya.
Bila orang yang sudah kita hadapi bisa berbicara, anda dengarlah secara seksama gaya bicaranya, permasalahannya atau kebanggaannya. Bila itu sudah anda pegang anda dapat melakukan penawaran, bicara bisnis atau yang lainnya dengan menggunakan statemen yang bisa membuat orang itu percaya 100% pada anda, karena kita menggunakan pola bahasanya, menjadi pemberi solusinya atau memberikan rasa bangganya secara lebih baik.

Masih ada beberapa pola strateginya…. Ikuti di tulisan berikutnya.

No comments:

Lencana Facebook

Profil Facebook Dwiarko Susanto
Powered By Blogger
PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia